Laman

Sabtu, 06 Juni 2009

SENI MUSIK DAYAK KALTENG

SENI MUSIK
Seni musik memegang peranan penting dalam hidup keseharian Suku
Dayak, terlebih dimasa dahulu. Pewarisan budaya yang lebih dikenal dengan
istilah Tetek Tanum, terkadang menggunakan kecapi sebagai sarana. Tetek
Tanum adalah cara bercerita dengan kalimat berirama tentang asal usul
nenek moyang, sejarah masa lalu suku, tentang kepahlawanan pada
generasi penerus.
Dalam setiap upacara adat, pesta pernikahan, acara kematian, suara musik
dalam bentuk Gandang Garantung. Musik Gandang Garantung adalah
gabungan dari suara beberapa alat musik yaitu buah gandang atau kendang
yang dimainkan oleh satu orang. Garantung atau gong berjumlah lima buah,
tiga gong dimainkan oleh seorang dan dua lainnya dimainkan oleh orang
yang berbeda.
Pada umunya Suku Dayak gemar melantunkan ungkapan hati dan
perasaan , kisah-kisah kehidupan dan kepahlawanan sukunya dengan
kalimat berirama. Ekspresi kalimat yang dilantunkan dengan irama lagu
berbeda, misaknya Sansana Kayau memiliki irama lagu tertentu, begitu
pula Mohing Asang, Ngendau dan sebagainya.
Namun dari awal hingga akhir irama tersebut monoton dan diiringi
musik kecapi. Nyaris dalam setiap upacara adat dilengkapi dengan tradisi
tersebut.

Mansana Kayau
Mansana Kayau ialah kisah kepahlawanan yang dilagukan. Biasanya
dinyanyikan bersaut-sautan dua sampai empat orang, baik perempuan
ataupun laki-laki.

Mansana Kayau Pulang
Mansana Kayau pulang ialah kisah yang dinyanyikan pada waktu malam
sebelum tidur oleh para orang tua kepada anak dan cucunya dengan
maksud membakar semangat anak turunannya untuk membalas dendam
kepada Tambun Bupati yang telah membunuh nenek moyang mereka.

Karungut
Karungut ialah sejenis pantun yang dilagukan. Dalam berbagai acara
karungut sering dilatunkan, misalnya pada acara penyambutan tamu yang
dihormati. Salah satu ekspresi kegembiraan dan rasa bahagia diungkapkan
dalam bentuk karungut. Terkadang ditemukan perulangan kata pada akhir
kalimat namun terkadang juga tidak. Untuk mengamati cara tutur orang
Dayak dalam mengekspresikan perasaan mereka, maka terjemahan dalam
Bahasa Indonesia dibuat dalam sebagaimana adanya kata per kata.

Mohing Asang
Mohing Asang ialah nyanyian perang. Bila panglima telah membunyikan
salentak tujuh kali, kemudian terdengar nyanyian Mohing Asang, itu
berarti sebuah perintah untuk menyerang dan maju.
Ngendau
Ngendau ialah senda gurau yang dilagukan. Biasanya dilakukan oleh para
remaja baik laki-laki ataupun perempuan secara bersaut-sautan.

Kalalai-lalai
Kalalai-lalai ialah nyanyian yang disertai tari-tarian Suku Dayak Mama
di daerah Kotawaringin.

Natum
Natum ialah kisah sejarah masa lalu yang dilagukan .

Natum Pangpangal
Natum Pangpangal ialah ratap tangis kesedihan pada saat terjadi
kematian anggota keluarga yang dilagukan.

Dodoi
Dodoi ialah nyanyian ketika sedang berkayuh diperahu atau dirakit.

Dondong
Dondong ialah nyanyian pada saat menanam padi dan memotong padi.

Marung
Marung ialah nyanyian pada saat upacara atau pesta besar dan meriah.

Ngandan
Ngandan ialah nyanyian yang dinyanyikan oleh para lanjut usia yang
ditujukan kepada generasi muda sebagai pujian, sanjungan dan rasa kasih
sayang.

Mansana Bandar
Mansana artinya cerita epik yang dilagukan. Bandar ialah nama seorang
tokoh yang sangat dipuja dizamannya. Bandar hidup di zaman lewu uju dan
diyakini bahwa tokoh Bandar bukan hanya sekedar mitos. Hingga saat ini
orang-orang tertentu yang bernazar kepada tokoh Bandar. Keharuman
namanya karena pada kepribadiannya yang sangat simpatik dan menarik,
disamping memiliki sifat kepahlawanan dan kesaktian yang tiada duanya.
Banyak sansana tercipta untuk memuji dan mengagungkan tokoh Bandar
ini, namun dengan versi yang berbeda-beda.

Karunya
Karunya ialah nyanyian yang diiringi suara musik sebagai pemujaan
kepada Ranying Hatala.Dapat juga diadakan pada saat upacara
pengangkatan seorang pemimpin mereka atau untuk menyambut
kedatangan tamu yang sangat dihormati.


Baratabe
Baratabe ialah nyanyian untuk menyambut kedatangan pada tamu.

Kandan
Kandan ialah pantun yang dilagukan dan dilantunkan saut menyaut baik
oleh laki-laki atau perempuan dalam suatu pesta perkawinan. Apabila pesta
yang diadakan untuk menyambut tamu yang dihormati maka kalimatkalimat
yang dilantunkan lebih bersifat kalimat pujian, sanjungan, doa dan
harapan mereka pada tamu yang dihormati tersebut. Tradisi ini biasa
ditemukan pada Suku Dayak Siang atau Murung di Kecamatan Siang dan
Murung, Kabupaten Barito Hulu.

Dedeo atau Ngaloak
Dedeo atau Ngaloak sama dengan Kandan hanya istilahnya saja yang
berbeda, karena Dedeo atau Ngaloak adalah tradisi Suku Dayak Dusun
Tengah didaerah Barito Tengah, Kalimantan Tengah.

Salengot
Salengot ialah pantun berirama yang biasa diadakan pada pesta
pernikahan, namun dalam upacara kematian Salengot terlarang oleh adat
untuk dilaksanakan. Salengot khusus dilakukan oleh laki-laki dalam
menceritakan riwayat hingga berlangsungnya pernikahan kedua mempelai
tersebut.
Alat musik yang biasa terdapat di dalam kebudayaan Suku Dayak adalah
sebagai berikut :

• Garantung
Garantung adalah gong yang terdiri dari 5 atau 7 buah, terbuat dari
tembaga.
• Sarun
Sarun ialah alat musik pukul yang terbuat dari besi atau logam. Bunyi
yang dihasilkan hanya lima nada.
• Salung
Salung sama dengan Sarun, tetapi Salung terbuat dari bambu.
• Kangkanung
Kangkanung ialah sejenis gong dengan ukuran lebih kecil berjumlah lima
biji, terbuat dari tembaga.
Gandang Mara
Gandang Mara ialah alat musik perkusi sejenis gendang dengan ukuran
setengah sampai tiga per empat meter. Bentuki silinder yang tewrbuat
dari kayu dan pada ujung permukaan di tutup kulit rusa yang telah di
keringkan. Kemudian di ikat rotan agar kencang dan lebih kencang lagi di
beri pasak.